Kata Pengantar
Puji syukur kami
panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa, dengan Anugrah Beliau akhirnya kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Dan tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada
guru dan teman-teman kami karena dalam proses pembuatan makalah ini tidak lepas dari peran serta guru di bidang studi
Geografi dan teman-teman kami.Makalah ini kami buat agar dapat menjadi acuan
dasar bagi kita semua terutama bagisiswa-siswi untuk mengetahui hal yang
berkaitan dengan tsunami. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan para
siswa-siswi dan dapat diaplikasikan dikehidupan sehari-hari.Demikian makalah
ini kami buat semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, dan mohon maaf bila di
dalam kajian-kajian makalah ini masih
terdapat kekurangan yang mungkin belum dapat menjelaskan secara detail mengenai
aspek-aspek yang ada dalam makalah ini.Sekian terima kasih.
Singaraja,
05 Maret 2015
Penulis
Daftar Isi
Kata
Pengantar…………………………………………………………………………1
Daftar isi………………………………………………………………………………..2
Bab I
1.Pendahuluan………………………………………………………………………….3
1.1Latar belakang………………………………………………………………………3
1.2Rumusan masalah…………………………………………………………………...3
1.3Tujuan..………………………………………………………………………...……3
Bab II
1.Pembahasan…………………………………………………………………………..4
1.1.Cerita dari Kampung Tsunami di
Aceh…………………………………………....4
1.2
Pengertian Tsunami……………………………………………………………….10
1.3 Penyebab
Terjadinya Tsunami……………………………………………………11
1.4 Tanda-tanda
Datangnya Tsunami………………………………………………...11
1.5 Wilayah Rentan
Tsunami…………………………………………………………12
1.6 Penanggulangan
Akibat Bencana Alam Tsunami………………………………...12
Bab III
1.Penutup
1.1 Kesimpulan………………………………………………………………………..15
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Sebagai
negara kepulauan yang dikelilingi oleh laut dan samudera, Indonesia sangat
berpotensi terkena tsunami. Tsunami sendiri merupakn bencana besar yang sanggup
menghancurkan apa yang menghadangnya. Maka dari itu kami membuat makalah ini
untuk menjelaskan apa itu Tsunami dan faktor – faktor yang menimbulkan Tsunami.
B.Rumusan masalah
a. Apa
itu Tsunami?
b. Apakah
penyebab terjadi Tsunami?
c. Apakah
cirri-ciri akan datangnya Tsunami?
d. Kerugian
apa saja yang di akibatkan Tsunami?
C.Tujuan
Untuk menjelaskan tentang Tsunami mulai
dari penyebabnya, cirri-cirinya,dan apa saja keruskan yang bias di timbulkan
olehnya.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Cerita dari Kampung Tsunami di Aceh
Desa
Lamjame, hancur lebur setelah digoncang gempa dan dihantam tssunami 26 Desember
2004. Tampak, dua gajah di kejauhan berjalan yang hancur oleh tsunami untuk
membantu evakuasi. Foto: Chik Rini
26 Desember 2014. Pagi itu, mendung
menyisakan dingin setelah hujan mengguyur Aceh tiga hari terakhir. Baharoeddin
berdiri di dermaga kecil dengan sebagian lantai bolong. Di dermaga tempat
pendaratan ikan itu, lima kapal nelayan dicat berwarna-warni berderet. Beberapa
kapal lain ditambat agak jauh di tanggul sungai.
Pria 60 tahun ini menunjuk cemara laut
di kejauhan yang berjejer rapi menutupi pandangan ke laut lepas. Pohon-pohon
meninggi menandakan bertahun-tahun ditanam. “Itu sebagian pohon yang saya tanam
ketika kami memulai kehidupan kembali di kampung ini setelah tsunami,” katanya.
Beberapa nelayan duduk mengobrol di
tempat penjualan ikan yang baru dibangun. Mereka menyapa Bahar dengan panggilan
“Pak Keuchik” sebutan bagi kepala desa di Aceh.
Hari ini mereka tidak melaut. Setelah
tsunami menerjang Aceh, 26 Desember 2004, menjadi hari pantang melaut sesuai
hukum adat laut yang disepakati Panglima Laot seluruh Aceh.
Baharoeddin
Panglima Laot di dermaga pendarat ikan di Desa Lamteungoh. Warga desa ini tak
mau meninggalkan desa yang berada di tepian pantai usai tsunami. Tampak dari
kejauhan jejeran hutan mangrove yang mereka tanam beberapa tahun lalu. Foto:
Chik Rini
Panglima Laot merupakan struktur adat
di bawah Mukim yang mengatur pengelolaan laut dan nelayan di Aceh.
Baharoeddin selain keuchik juga Ketua Panglima Laot Aceh Besar memimpin
lebih 2.000 nelayan dari 14 Lhok (wilayah Laut) di Aceh Besar.
Dia tinggal di Desa Lamtengoh,
Kecamatan Pekan Bada, Aceh Besar di pesisir pantai ujung Pulau Sumatera.
Ada banyak kampung dengan perumahan padat di garis pantai sepanjang lebih 20
kilometer ini. Jarak hanya setengah jam dari pusat kota Banda Aceh.
Di hari sama 10 tahun lalu, hari paling
menyedihkan dalam hidup Baharoeddin. Desember adalah masa menunggu panen padi
di Lamteungoh. Pagi itu, Bahar di sawah, mendengar monyet-monyet gunung
menjerit bersahut-sahutan. Tak lama bumi berguncang keras. Gempa terbesar yang
pernah dirasakan seumur hidup. Tanah merekah.
Bahar segera pulang ke rumah. Tak lama
dia mendengar letusan keras sebanyak dua kali dari arah laut. “Bunyi keras
seperti ada bom.” Tak ada yang tahu apa yang terjadi sampai warga berlari
di jalan sambil berteriak “Air laut naik, air laut naik.”
Di tengah kepanikan ratusan orang mulai
berhambur keluar rumah tak tentu arah. Baharoeddin hanya ingat sempat mengambil
anak perempuan berumur 11 bulan dari gendongan istrinya dan mencoba berlari ke
gunung. Dia tak tahu lagi di mana istri dan empat anak yang lain.
Sebuah
penunjuk arah evakuasi jika tsunami di jalan di Desa Lamteungoh. Foto: Chik
Rini
Ketika air laut datang menerjang,
anaknya terlepas dari gendongan. “Semua seperti mimpi. Saya menoleh ke kampung
dan melihat rumah diangkat air setinggi pohon kelapa.”
Pria ini mengingat banyak apa yang
terjadi saat itu, bagaimana dia harus berenang menyelamatkan diri di dalam air
yang penuh sampah bangunan dan batang pohon hanyut. Setelah air surut siang
hari, mayat dimana-mana. Dia tak menemukan istri dan empat anaknya. Dian, putri
kelas 1 SMK sempat ditemukan di dekat gunung, hanya bertahan beberapa jam
sebelum meninggal di pangkuannya. Kesedihan begitu mendalam sampai dia
menuangkan dalam puisi “Ratapan Sedih Seorang Ayah.”
Dari 1.500 warga, hanya 93 orang
selamat. “Sepanjang mata memandang semua rata tak bersisa. Laut langsung nampak
tanpa penghalang. Rumah-rumah hanya tinggal lantai. Di tempat kami hanya ada
sebatang kedondong besar dan beberapa kelapa masih tegak berdiri. Mayat
dimana-mana.”
Bahar mengenang kedasyatan tsunami yang
menerjang Aceh dan beberapa negara lain di sekitar Samudera Hindia. Sekitar 800
kilometer pesisir Aceh hancur berikut infrastruktur, rumah, sekolah dan
ekosistem pantai dan laut.
Warga
Tionghoa membakar dupa dan berdoa di kuburan massal Siron, Lambaro, Kabupaten
Aceh Besar, Aceh, saat peringatan enam tahun tsunami, Minggu, 26 Desember 2010.
Hari ini ribuan warga Aceh berdoa mengenang keluarga mereka yang telah
meninggal saat tsunami. Foto: Junaidi Hanafiah
Gempa berkekuatan sembilan SR terjadi
26 Desember 2014, sekitar pukul 7:58:53, berpusat pada bujur 3.316° N 95.854°
E, sekitar 160 km sebelah barat Aceh sedalam 10 kilometer. Guncangan
dasyat ini memicu gelombang panas mencapai 30 meter ke daratan.
Ia tercatat sebagai gempa terdahsyat
dalam 40 tahun terakhir yang menghantam Aceh, Pantai Barat Semenanjung
Malaysia, Thailand, Pantai Timur India, Sri Lanka, bahkan Pantai Timur Afrika.
Indonesia, Thailand, Sri Lanka, India, sebagai negara terparah yang terdampak
tsunami.
Data Departemen Sosial pada Januari
2005, korban tewas di Aceh dan Sumatera Utara mencapai 105.262 orang. Dari
kejadian gempa dan tsunami itu, sekitar 500-an ribu jiwa melayang di seluruh
dunia yang berbatasan dengan Samudra Hindia.
Bahar dan warga mengungsi ke
Lampeneurut, kawasan di Banda Aceh yang tidak terkena tsunami. Namun di hari
ketujuh dia mengajak warga laki-laki pulang ke kampung mengevakuasi
mayat-mayat. Tiap hari mereka pulang pergi sejauh 10 kilometer berjalan kaki.
Sebulan melakoni itu, Februari 2005,
Bahar mengajak 40 warga nelayan pulang ke kampung yang hancur dan mendirikan
pondok darurat dari sisa kayu-kayu bangunan. Lelaki tidur di tapak kampung
hancur, sedang para perempuan ke tenda pengungsi di Lampeunerut jika malam.
“Tiap pagi kami mengevakuasi mayat, malam tidur di pondok yang kami buat di
atas lantai masjid.”
Bahar dan warga Lamteungoh menjadi
korban tsunami pertama di Aceh Besar yang pulang ke kampung mereka dan
mendirikan rumah dalam kondisi darurat. Mereka mendirikan bangunan
darurat dari papan dan kayu sisa tsunami. Tak lama ada larangan daerah radius
dua kilometer dari pantai tidak boleh lagi didiami.
Awal rehabilitasi dan rekontruksi Aceh,
pemerintah membuat cetak biru pembangunan Aceh pasca tsunami. Salah satu
rekomendasi, kawasan pesisir Aceh yang kena tsunami jadi green belt dengan
melarang ditinggali.
Para pejabat seperti Kepala Badan
Rehabilitasi dan Rekontruksi Aceh Kuntoro Mangkusubroto, Menteri Sri Mulyani
dan Gubernur Aceh Azwar Abubakar, pernah khusus mendatangi Bahar dan
warga yang nekat tinggal di kampung yang hancur.
“Mereka tanya apa tidak takut tinggal
di sini lagi. Saya jawab sejak belum lahir saya sudah ke laut sama
orangtua, sudah besar jadi nelayan, sampai tsunami sayapun dibawa air laut,
jadi tidak takut lagi sama air laut.”
Desa Lamjame
Banda Aceh, luluh lantak diterjang tsunami 26 Desember 2014. Foto: Chik Rini
Ketika pemerintah menawarkan mereka
pindah ke kawasan aman dari tsunami, Bahar dan warga menolak. “Selaku
warga pesisir kami tidak mau direlokasi ke tempat jauh dari laut. Sebagai
nelayan kami melaut pulang dapat uang. Kalau menjadi petani harus menunggu
berbulan.”
Akhirnya, pemerintah memutuskan mereka
boleh tetap tinggal di sana. Pada 2007, bantuan untuk para nelayan mulai
datang. Ada yang membantu kapal dan alat pancing. Sebagian warga mulai kembali
ke sawah, menanam padi dan semangka. Sawah-sawah direhabiltasi dengan bantuan
Usaid. Rumah-rumah di Lamtengoh dibangun pemerintah Jerman.
Tsunami menghancurkan ekosistem pantai
dan terumbu karang. Banyak mangrove tercerabut dan pohon-pohon hilang dari
pinggir pantai. Terumbu karang tertutup pasir. Ikan makin jauh dari pantai dan
nelayan makin sulit. Dengan bantuan LSM, warga mulai menanami pantai dengan
cemara laut dan mangrove.
Setahun terakhir, Panglima Laot Aceh
Besar menetapkan kawasan konservasi laut di lepas Pantai Ujung Pancu. Mereka
hendak melindungi terumbu karang di sekitar Pulau Tuan agar terumbu karang bisa
terlindungi dan pulih. Hingga ikan banyak bertelur.
“Kami membuat larangan mengganggu
terumbu karang, tidak boleh membuang jangkar di dekat terumbu karang.”
Setelah tsunami sulit mendapat
regenerasi pawang ikan. Dari 22 pawang di Lhok Lamteungoh, hanya tiga orang
selamat. “Sulit mendapatkan pawang ikan, karena ilmu diturunkan dengan waktu
tak lama,” kata Bahar.
Dia sendiri tidak lagi melaut setelah
tiga kapal ikan hilang kala tsunami. Namun, dia tetap bersemangat membangun
kembali kehidupan para nelayan binaan. Bagi warga Lamteungoh, laut adalah
kehidupan yang tidak tergantikan meski pernah murka dan menghancurkan
kehidupan.
Museum
Tsunami. Wisatawan berkunjung ke Museum Tsunami Banda Aceh, Aceh, 29 Desember
2012. Museum Tsunami dibangun Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR)
Aceh-Nias. Ini salah satu tempat menyimpan benda-benda yang menjadi bukti
kedasyatan tsunami yang terjadi 26 Desember 2004. Foto: Junaidi Hanafiah
1.2 Pengertian Tsunami
Tsunami
berasal dari bahasa Jepang, yaitu “tsu” yang berarti
pelabuhan, dan “nami”yang berarti gelombang. Sehingga secara umum,
tsunami diartikan sebagai pasang laut yang besar di pelabuhan. Tsunami
merupakan suatu gelombang laut akibat adanya pergeserakan bumi di dasar laut.
Tinggi
gelombang laut tsunami disumbernya kurang dari 1 meter. Tapi pada saat
menghempas ke pantai, tinggi gelombang ini bisa lebih dari 5 meter. Tsunami
yang terjadi di Indonesia berkisar antara 1,5 - 4,5 skala Imamura,
dengan tinggi gelombang tsunami maksimum yang mencapai pantai berkisar antara
4-24 meter dan jangkauan gelombang ke darat berkisar antara 50 sampai 200 meter
dari garis pantai.
1.3 Penyebab
Terjadinya Tsunami
Tsunami
berarti gelombang laut yang disebabkan oleh gempa bumi, tanah longsor, atau
letusan gunung berapi yang terjadi di laut. Gelombang tsunami bergerak dengan
kecepatan ratusan kilometer per jam di lautan dalam dan dapat melanda daratan
dengan ketinggian gelombang mencapai 30 m atau lebih.
Proses
terjadinya tsunami dikarenakan adanya gerakan vertikal pada kerak bumi yang
dapat menggakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba. Akibatnya
terjadi gangguan kesetimbangan air yang berada diatasnya hingga terjadi aliran
energi air laut, dan ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang
mengakibatkan terjadinya tsunami.
Penyebab
terjadinya tsunami disebabkan oleh letusan gunung berapi, gempa bumi, longsor,
maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% terjadinya tsunami adalah akibat
gempa bumi bawah laut.
a. Gempa
bumi merupakan salah satu penyebab utama terjadinya gelombang tsunami. Gempa
ini biasanya terjadi karena adanya pergeseran lempeng yang terdapat di dasar
laut. Gempa tersebut disebut juga dengan gempa bumi tektonik.
Gempa tektonik adalah jenis gempa
bumi khas yang berhubungan dengan kerusakan kerak bumi. Jika gempa semacam ini
terjadi di bawah laut, maka air yang berada di atas bagian yang rusak akan
pindah dari posisi keseimbangannya. Gelombang terbentuk ketika kumpulan air
yang pindah (yang terjadi karena pengaruh gravitasi) mencoba mendapatkan
kembali posisi kesetimbangannya. Jika dasar laut dengan area yang luas
terangkat atau turun, maka bisa terjadi tsunami.
Tsunami yang diakibatkan gempa dapat
terjadi jika:
· Gempa
besar dengan kekuatan gempa >6.3 SR,
· Lokasi
pusat gempa dilaut pada kedalaman dangkal <40 Km, serta
· Terjadi
deformasi vertikal dasar laut.
b. Meletusnya
gunung berapi yang menyebabkan pergerakan air di laut/perairan sekitarnya
menjadi sangat tinggi.
c. Tanah
longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung berapi dapat
mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami.
d. Benda
kosmik atau meteor yang jatuh dari atas, juga dapat mengakibatkan tsunami.
Ukuran meteor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya
mencapai ratusan meter.
1.4 Tanda-tanda Datangnya
Tsunami
Tsunami
tidak seperti gelombang lainnya yang disebabkan oleh angin yang mungkin telah
banyak kita amati di danau setempat atau pesisir pantai. Tinggi gelombang
tsunami pada sumbernya kurang dari 1 meter. Tapi pada saat menghempas ke pantai
tinggi gelombang ini bisa lebih dari 5 meter. Gejala yang terjadi sebelum
tsunami adalah biasanya diawali dengan terjadinya gempa bumi dan perubahan
pasang surut permukaan laut secara cepat dan tiba-tiba.
Tanda-tanda
alam yang dapat dilihat di sekitar pantai saat akan datangnya tsunami adalah
sebagai berikut:
a. Air
laut yang surut secara tiba-tiba.
b. Bau
asin yang sangat menyengat.
c. Dari
kejauhan tampak gelombang putih dan suara gemuruh yang sangat keras.
d. Burung-burung
laut terbang dengan kecepatan tinggi kr arah daratan.
Jika
kalian melihat tanda-tanda seperti itu, segeralah selamat diri ke daerah yang
lebih tinggi. Tapi kalau tidak sempat lari sementara tsunami sudah di depan
mata, jangan berlindung di balik bangunan yang terbuat dari tembok atau beton,
karena bisa hancur dan akan mebahayakan orang yang berlindung. Sebisa mungkin
berlindung di balik daerah rimbunan (pohon, tanaman, semak-semak, rawa) karena
kekuatan gelombang jadi terpecah dan tidak memusat jika membentur semak.
1.5 Wilayah Rentan
Tsunami
Bencana
tsunami terjadi di wilayah pesisir atau dekat pantai. Dampak dari tsunami
sangat besar terasa pada wilayah yang ketinggiannya kurang dari 25 m dpl (di
atas permukaan laut) dan jangkauan luas sekitar 1,8 km dari jarak pantai
terdekat.
Untuk
mengurangi dampak tsunami, dapat di lakukan persiapan berikut:
· Hindari
tempat tinggal atau tinggal di daerah sekitar 100 meter dari tepi pantai,
· Menanam
tanaman yang mampu menahan gelombang seperti palem, waru, camplung, beringin
atau jenis lainya, serta
· Ikuti
tata guna lahan yang telah ditetapkan pemerintah setempat.
Indonesia
merupakan negara yang rawan terhadap tsunami, terutama kepulauan yang
berhadapan langsung dengan pertemuan lempeng, antara lain Barat Sumatera,
Selatan Jawa, Nusa Tenggara, Utara Papua, Sulawesi dan Maluku, serta
Timur Kalimantan.
Gelombang
tsunami yang menyebabkan korban jiwa paling banyak di laporkan saat
terjadi peristiwa letusan gunung berapi Krakatau pada 1883. Saat itu
diperkirakan 36 ribu jiwa meninggal akibat letusan gunung yang mengakibatkan
ombak setinggi bangunan 12 tingkat. Ombak akibat letusan gunung yang terletak
di Selat Sunda itu mencapai sekitar 120 kilometer dari pusat letusan.
1.6 Penanggulangan Akibat
Bencana Alam Tsunami
Saat
terjadinya tsunami tidak bisa diramalkan dengan tepat. Akan tetapi kita bisa
menerima peringatan akan terjadinya tsunami sehingga masih ada waktu untuk
menyelamatkan diri.
Kejadian
tsunami pada umumnya di Indonesia didahului dengan gempa bumi besar dan surut
nya air laut. Terdapat selang waktu antara waktu terjadinya gempa bumi sebagai
sumber tsunami dan waktu tiba tsunami di pantai, mengingat kecepatan gelombang
gempa jauh lebih besar dibandingkan kecepatan tsunami. Metode pendugaan secara
cepat dan akurat memerlukan teknologi tinggi. Di Indonesia pada umumnya,
tsunami terjadi dalam waktu kurang dari 40 menit setelah terjadinya gempa bumi
besardi bawah laut.
Lalu
apa yang harus dilakukan saat gempa bumi terjadi dengan skala yang besar
sebagai awal terjadinya tsunami? Berikut ini adalah tindakan yang harus kita
lakukan.
Pada saat gempa bumi terjadi
lindungilah diri dan keluarga terlebih dahulu.
a. Begitu
gempa bumi berhenti, segera kumpulkan keluarga kalian dan mengungsi
ke tempat yang aman, karena tsunami bisa terjadi dalam sekejap waktu.
b. Mengungsilah
ke tempat yang lebih tinggi dan jauh dari pantai.
c. Hindari
berada di bawah gedung, jembatan atau kabel listrik tegangan tinggi, karena
kemungkinan bangunan itu akan runtuh setelah gempa.
Tindakan
yang harus kalian lakukan saat tsunami terjadi adalah sebagai berikut:
a. Jika
sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar berita
dari pantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai. Arahkan perahu ke
laut. Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera
turun ke daerah yang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang. Jika
gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada korban.
b. Jika
kalian sedang berada di pinggir laut atau dekat sungai, segera berlari
sekuat-kuatnya ketempat yang lebih tinggi. Jika memungkinkan, berlarilah menuju
bukit yang terdekat.
c. Jika
situasi memungkinkan, pergilah ke tempat evakuasi yang sudah ditentukan.
d. Jika
situasi tidak memungkinkan untukmelakukan tindakan no. 2, carilah bangunan
bertingkat yang bertulang baja (ferroconcrete building), gunakan
tangga darurat untuk sampai ke lantai yang paling atas (sedikitnya sampai ke
lantai 3).
e. Jika
situasi memungkinkan, pakai jaket hujan dan pastikan tangan kalian tidak
membawa apa-apa.
f. Saat
mendengar peringatan, segera sampaikan pada semua orang.
g. Segera
lakukan pengungsian, karena tsunami bisa terjadi dengan cepat hingga waktu
untuk mengungsi sangat terbatas.
h. Ikuti
petunjuk dari pemerintah (Satlak PB-P) atau organisasi yang berwenang.
i. Mengungsilah
ke daerah yang lebih tinggi dan sejauh mungkin dari pantai.
j. Ikuti
perkembangan terjadinya bencana melalui media atau sumber yang bisa dipercaya.
k. Apabila
kemungkinan terjadinya bencana tsunami bisa diperkirakan sebelumnya, masyarakat
pasti akan diberi peringatan.
Berikut
ini adalah strategi mitigasi dan upaya pengurangan bencana alam tsunami yang
mulai disosialisasikan oleh pemerintah.
a. Peningkatan
kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap bahaya tsunami.
b. Pendidikan
kepada masyarakat terutama yang tinggal di daerah pantai, tentang bahaya
tsunami.
c. Pembangunan Tsunami
Early Warning System (Sistem Peringatan Dini Tsunami).
d. Pembangunan
tembok pertahan tsunami pada garis pantai yang beresiko.
e. Penanaman
mangrove serta tanaman lainnya sepanjang garis pantai untuk meredam gaya air
tsunami.
f. Pembangunan
tempat-tempat evakuasi yang aman di sekitar daerah pemukiman yang cukup tinggi
dan mudah dilalui untuk menghindari ketinggian tsunami.
g. Peningkatan
pengetahuan masyarakat lokal khususnya yang tinggal di pinggir pantai tentang
pengenalan tanda-tanda tsunami, cara-cara penyelamatan diri terhadap bahaya
tsunami.
h. Pembangunan
rumah yang tahan terhadap bahaya tsunami.
i. Mengenali
karakteristik dan tanda-tanda bahaya tsunami.
j. Memahami
cara penyelamatan jika terlihat tanda-tanda akan terjadi tsunami.
k. Meningkatkan
kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi tsunami.
l. Melaporkan
secepatnya jika mengetahui tanda-tanda akan terjadinya tsunami kepada petugas
yang berwenang: Kepala Desa, Polisi, Stasiun Radio, SATLAK PB maupun institusi
terkait.
m. Melengkapi
diri dengan alat komunikasi.
BAB 3
PENUTUP
1.1
Kesimpulan
Tsunami merupakan
bencana alam yang disebabkan oleh gelombang besar laut, tsunami sendiri
bias timbul karena beberaa hal seperti akibat oleh gempa bumiyang terjadi
didalam laut.
Bencan tsunami sangat
membawa kehancuran karena gelombang laut yangdatang sangat besar, sehingga pada
bencana tsunami banyak korban jiwa maupunharta benda yang hilang.







