Jumat, 06 Maret 2015

makalah Tsunami

Kata Pengantar

      Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa, dengan Anugrah Beliau akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dan tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada guru dan teman-teman kami karena dalam proses pembuatan makalah ini tidak lepas dari peran serta guru di bidang studi Geografi dan teman-teman kami.Makalah ini kami buat agar dapat menjadi acuan dasar bagi kita semua terutama bagisiswa-siswi untuk mengetahui hal yang berkaitan dengan tsunami. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan para siswa-siswi dan dapat diaplikasikan dikehidupan sehari-hari.Demikian makalah ini kami buat semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, dan mohon maaf bila di dalam kajian-kajian makalah ini masih terdapat kekurangan yang mungkin belum dapat menjelaskan secara detail mengenai aspek-aspek yang ada dalam makalah ini.Sekian terima kasih.









                                                                                                Singaraja, 05 Maret 2015


                                                                                                            Penulis












Daftar Isi

Kata Pengantar…………………………………………………………………………1
Daftar isi………………………………………………………………………………..2
Bab I
1.Pendahuluan………………………………………………………………………….3
1.1Latar belakang………………………………………………………………………3
1.2Rumusan masalah…………………………………………………………………...3
1.3Tujuan..………………………………………………………………………...……3

Bab II
1.Pembahasan…………………………………………………………………………..4
1.1.Cerita dari Kampung Tsunami di Aceh…………………………………………....4
1.2 Pengertian Tsunami……………………………………………………………….10
1.3 Penyebab Terjadinya Tsunami……………………………………………………11
1.4 Tanda-tanda Datangnya Tsunami………………………………………………...11
1.5 Wilayah Rentan Tsunami…………………………………………………………12
1.6 Penanggulangan Akibat Bencana Alam Tsunami………………………………...12

Bab III
1.Penutup
1.1 Kesimpulan………………………………………………………………………..15






















BAB 1
PENDAHULUAN


A.Latar belakang

Sebagai negara kepulauan yang dikelilingi oleh laut dan samudera, Indonesia sangat berpotensi terkena tsunami. Tsunami sendiri merupakn bencana besar yang sanggup menghancurkan apa yang menghadangnya. Maka dari itu kami membuat makalah ini untuk menjelaskan apa itu Tsunami dan faktor – faktor yang menimbulkan Tsunami.


B.Rumusan masalah
a.     Apa itu Tsunami?
b.     Apakah penyebab terjadi Tsunami?
c.      Apakah cirri-ciri akan datangnya Tsunami?
d.     Kerugian apa saja yang di akibatkan Tsunami?


C.Tujuan

Untuk menjelaskan tentang Tsunami mulai dari penyebabnya, cirri-cirinya,dan apa saja keruskan yang bias di timbulkan olehnya.




















BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Cerita dari Kampung Tsunami di Aceh
 Chik Rini, Aceh                                             

                                  
Desa Lamjame, hancur lebur setelah digoncang gempa dan dihantam tssunami 26 Desember 2004. Tampak, dua gajah di kejauhan berjalan yang hancur oleh tsunami untuk membantu evakuasi. Foto: Chik Rini
26 Desember 2014. Pagi itu, mendung menyisakan dingin setelah hujan mengguyur Aceh tiga hari terakhir. Baharoeddin berdiri di dermaga kecil dengan sebagian lantai bolong. Di dermaga tempat pendaratan ikan itu,  lima kapal nelayan dicat berwarna-warni berderet. Beberapa kapal lain ditambat agak jauh di tanggul sungai.
Pria 60 tahun ini menunjuk cemara laut di kejauhan yang berjejer rapi menutupi pandangan ke laut lepas. Pohon-pohon meninggi menandakan bertahun-tahun ditanam. “Itu sebagian pohon yang saya tanam ketika kami memulai kehidupan kembali di kampung ini setelah tsunami,” katanya.
Beberapa nelayan duduk mengobrol di tempat penjualan ikan yang baru dibangun. Mereka menyapa Bahar dengan panggilan “Pak Keuchik” sebutan bagi kepala desa di Aceh.
Hari ini mereka tidak melaut. Setelah tsunami menerjang Aceh, 26 Desember 2004, menjadi hari pantang melaut sesuai hukum adat laut yang disepakati Panglima Laot seluruh Aceh.
                                    
Baharoeddin Panglima Laot di dermaga pendarat ikan di Desa Lamteungoh. Warga desa ini tak mau meninggalkan desa yang berada di tepian pantai usai tsunami. Tampak dari kejauhan jejeran hutan mangrove yang mereka tanam beberapa tahun lalu. Foto: Chik Rini
Panglima Laot merupakan struktur adat di bawah Mukim yang mengatur pengelolaan laut dan nelayan di Aceh. Baharoeddin  selain keuchik juga Ketua Panglima Laot Aceh Besar memimpin lebih 2.000 nelayan dari 14 Lhok (wilayah Laut) di Aceh Besar.
Dia tinggal di Desa Lamtengoh,  Kecamatan Pekan Bada, Aceh Besar di pesisir pantai ujung Pulau Sumatera. Ada banyak kampung dengan perumahan padat di garis pantai sepanjang lebih 20 kilometer ini. Jarak hanya setengah jam dari pusat kota Banda Aceh.
Di hari sama 10 tahun lalu, hari paling menyedihkan dalam hidup Baharoeddin. Desember adalah masa menunggu panen padi di Lamteungoh. Pagi itu, Bahar di sawah, mendengar monyet-monyet gunung menjerit bersahut-sahutan. Tak lama bumi berguncang keras. Gempa terbesar yang pernah dirasakan seumur hidup. Tanah merekah.
Bahar segera pulang ke rumah. Tak lama dia mendengar letusan keras sebanyak dua kali dari arah laut. “Bunyi keras seperti ada bom.”  Tak ada yang tahu apa yang terjadi sampai warga berlari di jalan sambil berteriak “Air laut naik, air laut naik.”
Di tengah kepanikan ratusan orang mulai berhambur keluar rumah tak tentu arah. Baharoeddin hanya ingat sempat mengambil anak perempuan berumur 11 bulan dari gendongan istrinya dan mencoba berlari ke gunung. Dia tak tahu lagi di mana istri dan empat anak yang lain.


Sebuah penunjuk arah evakuasi jika tsunami di jalan di Desa Lamteungoh. Foto: Chik Rini
Ketika air laut datang menerjang, anaknya terlepas dari gendongan. “Semua seperti mimpi. Saya menoleh ke kampung dan melihat rumah diangkat air setinggi pohon kelapa.”
Pria ini mengingat banyak apa yang terjadi saat itu, bagaimana dia harus berenang menyelamatkan diri di dalam air yang penuh sampah bangunan dan batang pohon hanyut. Setelah air surut siang hari, mayat dimana-mana. Dia tak menemukan istri dan empat anaknya. Dian, putri kelas 1 SMK sempat ditemukan di dekat gunung,  hanya bertahan beberapa jam sebelum meninggal di pangkuannya. Kesedihan begitu mendalam sampai dia menuangkan dalam puisi “Ratapan Sedih Seorang Ayah.”
Dari 1.500 warga, hanya 93 orang selamat. “Sepanjang mata memandang semua rata tak bersisa. Laut langsung nampak tanpa penghalang. Rumah-rumah hanya tinggal lantai. Di tempat kami hanya ada sebatang kedondong besar dan beberapa kelapa masih tegak berdiri. Mayat dimana-mana.”
Bahar mengenang kedasyatan tsunami yang menerjang Aceh dan beberapa negara lain di sekitar Samudera Hindia. Sekitar 800 kilometer pesisir Aceh hancur berikut infrastruktur, rumah, sekolah dan ekosistem pantai dan laut.

Warga Tionghoa membakar dupa dan berdoa di kuburan massal Siron, Lambaro, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, saat peringatan enam tahun tsunami, Minggu, 26 Desember 2010. Hari ini ribuan warga Aceh berdoa mengenang keluarga mereka yang telah meninggal saat tsunami. Foto: Junaidi Hanafiah
Gempa berkekuatan sembilan SR terjadi 26 Desember 2014, sekitar pukul 7:58:53, berpusat pada bujur 3.316° N 95.854° E,  sekitar 160 km sebelah barat Aceh sedalam 10 kilometer. Guncangan dasyat ini memicu gelombang panas mencapai 30 meter ke daratan.
Ia tercatat sebagai gempa terdahsyat dalam 40 tahun terakhir yang menghantam Aceh,  Pantai Barat Semenanjung Malaysia, Thailand, Pantai Timur India, Sri Lanka, bahkan Pantai Timur Afrika. Indonesia, Thailand, Sri Lanka, India, sebagai negara terparah yang terdampak tsunami.
Data Departemen Sosial pada Januari 2005, korban tewas di Aceh dan Sumatera Utara mencapai 105.262 orang. Dari kejadian gempa dan tsunami itu, sekitar 500-an ribu jiwa melayang di seluruh dunia yang berbatasan dengan Samudra Hindia.
Bahar dan warga mengungsi ke Lampeneurut, kawasan di Banda Aceh yang tidak terkena tsunami. Namun di hari ketujuh dia mengajak warga laki-laki pulang ke kampung mengevakuasi mayat-mayat. Tiap hari mereka pulang pergi sejauh 10 kilometer berjalan kaki.
Sebulan melakoni itu, Februari 2005, Bahar mengajak 40 warga nelayan pulang ke kampung yang hancur dan mendirikan pondok darurat dari sisa kayu-kayu bangunan. Lelaki tidur di tapak kampung hancur, sedang para perempuan ke tenda pengungsi di Lampeunerut jika malam. “Tiap pagi kami mengevakuasi mayat, malam tidur di pondok yang kami buat di atas lantai masjid.”
Bahar dan warga Lamteungoh menjadi korban tsunami pertama di Aceh Besar yang pulang ke kampung mereka dan mendirikan rumah dalam kondisi darurat.  Mereka mendirikan bangunan darurat dari papan dan kayu sisa tsunami. Tak lama ada larangan daerah radius dua kilometer dari pantai tidak boleh lagi didiami.
Awal rehabilitasi dan rekontruksi Aceh, pemerintah membuat cetak biru pembangunan Aceh pasca tsunami. Salah satu rekomendasi, kawasan pesisir Aceh yang kena tsunami jadi green belt dengan melarang ditinggali.
Para pejabat seperti Kepala Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi Aceh Kuntoro Mangkusubroto, Menteri Sri Mulyani dan Gubernur Aceh Azwar Abubakar,  pernah khusus mendatangi Bahar dan warga yang nekat tinggal di kampung yang hancur.
“Mereka tanya apa tidak takut tinggal di sini lagi. Saya jawab sejak belum lahir  saya sudah ke laut sama orangtua, sudah besar jadi nelayan, sampai tsunami sayapun dibawa air laut, jadi  tidak takut lagi sama air laut.”

Desa Lamjame Banda Aceh, luluh lantak diterjang tsunami 26 Desember 2014. Foto: Chik Rini
Ketika pemerintah menawarkan mereka pindah ke kawasan aman dari tsunami, Bahar dan warga menolak. “Selaku warga pesisir kami tidak mau direlokasi ke tempat jauh dari laut. Sebagai nelayan kami melaut pulang dapat uang. Kalau menjadi petani harus menunggu berbulan.”
Akhirnya, pemerintah memutuskan mereka boleh tetap tinggal di sana. Pada 2007, bantuan untuk para nelayan mulai datang. Ada yang membantu kapal dan alat pancing. Sebagian warga mulai kembali ke sawah, menanam padi dan semangka. Sawah-sawah direhabiltasi dengan bantuan Usaid. Rumah-rumah di Lamtengoh dibangun pemerintah Jerman.
Tsunami menghancurkan ekosistem pantai dan terumbu karang. Banyak mangrove tercerabut dan pohon-pohon hilang dari pinggir pantai. Terumbu karang tertutup pasir. Ikan makin jauh dari pantai dan nelayan makin sulit. Dengan bantuan LSM, warga mulai menanami pantai dengan cemara laut dan mangrove.
Setahun terakhir, Panglima Laot Aceh Besar menetapkan kawasan konservasi laut di lepas Pantai Ujung Pancu. Mereka hendak melindungi terumbu karang di sekitar Pulau Tuan agar terumbu karang bisa terlindungi dan pulih. Hingga ikan banyak bertelur.
“Kami membuat larangan mengganggu terumbu karang, tidak boleh membuang jangkar di dekat terumbu karang.”
Setelah tsunami sulit mendapat regenerasi pawang ikan. Dari 22 pawang di Lhok Lamteungoh, hanya tiga orang selamat. “Sulit mendapatkan pawang ikan, karena ilmu diturunkan dengan waktu tak lama,” kata Bahar.
Dia sendiri tidak lagi melaut setelah tiga kapal ikan hilang kala tsunami. Namun, dia tetap bersemangat membangun kembali kehidupan para nelayan binaan. Bagi warga Lamteungoh,  laut adalah kehidupan yang tidak tergantikan meski pernah murka dan menghancurkan kehidupan.


Museum Tsunami. Wisatawan berkunjung ke Museum Tsunami Banda Aceh, Aceh, 29 Desember 2012. Museum Tsunami dibangun Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias. Ini salah satu tempat menyimpan benda-benda yang menjadi bukti kedasyatan tsunami yang terjadi 26 Desember 2004. Foto: Junaidi Hanafiah

1.2 Pengertian Tsunami 
Tsunami berasal dari bahasa Jepang, yaitu “tsu” yang berarti pelabuhan, dan “nami”yang berarti gelombang. Sehingga secara umum, tsunami diartikan sebagai pasang laut yang besar di pelabuhan. Tsunami merupakan suatu gelombang laut akibat adanya pergeserakan bumi di dasar laut.
Tinggi gelombang laut tsunami disumbernya kurang dari 1 meter. Tapi pada saat menghempas ke pantai, tinggi gelombang ini bisa lebih dari 5 meter. Tsunami yang terjadi di Indonesia berkisar antara 1,5 - 4,5  skala Imamura, dengan tinggi gelombang tsunami maksimum yang mencapai pantai berkisar antara 4-24 meter dan jangkauan gelombang ke darat berkisar antara 50 sampai 200 meter dari garis pantai.


1.3       Penyebab Terjadinya Tsunami
Tsunami berarti gelombang laut yang disebabkan oleh gempa bumi, tanah longsor, atau letusan gunung berapi yang terjadi di laut. Gelombang tsunami bergerak dengan kecepatan ratusan kilometer per jam di lautan dalam dan dapat melanda daratan dengan ketinggian gelombang mencapai 30 m atau lebih.
Proses terjadinya tsunami dikarenakan adanya gerakan vertikal pada kerak bumi yang dapat menggakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba. Akibatnya terjadi gangguan kesetimbangan air yang berada diatasnya hingga terjadi aliran energi air laut, dan ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Penyebab terjadinya tsunami disebabkan oleh letusan gunung berapi, gempa bumi, longsor, maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% terjadinya tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut.
a.         Gempa bumi merupakan salah satu penyebab utama terjadinya gelombang tsunami. Gempa ini biasanya terjadi karena adanya pergeseran lempeng yang terdapat di dasar laut. Gempa tersebut disebut juga dengan gempa bumi tektonik.
Gempa tektonik adalah jenis gempa bumi khas yang berhubungan dengan kerusakan kerak bumi. Jika gempa semacam ini terjadi di bawah laut, maka air yang berada di atas bagian yang rusak akan pindah dari posisi keseimbangannya. Gelombang terbentuk ketika kumpulan air yang pindah (yang terjadi karena pengaruh gravitasi) mencoba mendapatkan kembali posisi kesetimbangannya. Jika dasar laut dengan area yang luas terangkat atau turun, maka bisa terjadi tsunami.
Tsunami yang diakibatkan gempa dapat terjadi jika:
·           Gempa besar dengan kekuatan gempa >6.3 SR,
·           Lokasi pusat gempa dilaut pada kedalaman dangkal <40 Km, serta
·           Terjadi deformasi vertikal dasar laut.

b.        Meletusnya gunung berapi yang menyebabkan pergerakan air di laut/perairan sekitarnya menjadi sangat tinggi.
c.         Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung berapi dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami.
d.        Benda kosmik atau meteor yang jatuh dari atas, juga dapat mengakibatkan tsunami. Ukuran meteor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.

1.4      Tanda-tanda Datangnya Tsunami
Tsunami tidak seperti gelombang lainnya yang disebabkan oleh angin yang mungkin telah banyak kita amati di danau setempat atau pesisir pantai. Tinggi gelombang tsunami pada sumbernya kurang dari 1 meter. Tapi pada saat menghempas ke pantai tinggi gelombang ini bisa lebih dari 5 meter. Gejala yang terjadi sebelum tsunami adalah biasanya diawali dengan terjadinya gempa bumi dan perubahan pasang surut permukaan laut secara cepat dan tiba-tiba.
Tanda-tanda alam yang dapat dilihat di sekitar pantai saat akan datangnya tsunami adalah sebagai berikut:
a.         Air laut yang surut secara tiba-tiba.
b.        Bau asin yang sangat menyengat.
c.         Dari kejauhan tampak gelombang putih dan suara gemuruh yang sangat keras.
d.        Burung-burung laut terbang dengan kecepatan tinggi kr arah daratan.
Jika kalian melihat tanda-tanda seperti itu, segeralah selamat diri ke daerah yang lebih tinggi. Tapi kalau tidak sempat lari sementara tsunami sudah di depan mata, jangan berlindung di balik bangunan yang terbuat dari tembok atau beton, karena bisa hancur dan akan mebahayakan orang yang berlindung. Sebisa mungkin berlindung di balik daerah rimbunan (pohon, tanaman, semak-semak, rawa) karena kekuatan gelombang jadi terpecah dan tidak memusat jika membentur semak.
1.5       Wilayah Rentan Tsunami
Bencana tsunami terjadi di wilayah pesisir atau dekat pantai. Dampak dari tsunami sangat besar terasa pada wilayah yang ketinggiannya kurang dari 25 m dpl (di atas permukaan laut) dan jangkauan luas sekitar 1,8 km dari jarak pantai terdekat.
Untuk mengurangi dampak tsunami, dapat di lakukan persiapan berikut:
·           Hindari tempat tinggal atau tinggal di daerah sekitar 100 meter dari tepi pantai,
·           Menanam tanaman yang mampu menahan gelombang seperti palem, waru, camplung, beringin atau jenis lainya, serta
·           Ikuti tata guna lahan yang telah ditetapkan pemerintah setempat.
Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap tsunami, terutama kepulauan yang berhadapan langsung dengan pertemuan lempeng, antara lain Barat Sumatera, Selatan Jawa, Nusa Tenggara, Utara  Papua, Sulawesi dan Maluku, serta Timur Kalimantan.
Gelombang tsunami yang menyebabkan korban  jiwa paling banyak di laporkan saat terjadi peristiwa letusan gunung berapi Krakatau pada 1883. Saat itu diperkirakan 36 ribu jiwa meninggal akibat letusan gunung yang mengakibatkan ombak setinggi bangunan 12 tingkat. Ombak akibat letusan gunung yang terletak di Selat Sunda itu mencapai sekitar 120 kilometer dari pusat letusan.

1.6      Penanggulangan Akibat Bencana Alam Tsunami
Saat terjadinya tsunami tidak bisa diramalkan dengan tepat. Akan tetapi kita bisa menerima peringatan akan terjadinya tsunami sehingga masih ada waktu untuk menyelamatkan diri.
Kejadian tsunami pada umumnya di Indonesia didahului dengan gempa bumi besar dan surut nya air laut. Terdapat selang waktu antara waktu terjadinya gempa bumi sebagai sumber tsunami dan waktu tiba tsunami di pantai, mengingat kecepatan gelombang gempa jauh lebih besar dibandingkan kecepatan tsunami. Metode pendugaan secara cepat dan akurat memerlukan teknologi tinggi. Di Indonesia pada umumnya, tsunami terjadi dalam waktu kurang dari 40 menit setelah terjadinya gempa bumi besardi bawah laut.

Lalu apa yang harus dilakukan saat gempa bumi terjadi dengan skala yang besar sebagai awal terjadinya tsunami? Berikut ini adalah tindakan yang harus kita lakukan.
Pada saat gempa bumi terjadi lindungilah diri dan keluarga terlebih dahulu.
a.         Begitu gempa bumi berhenti,  segera kumpulkan keluarga kalian dan mengungsi ke tempat yang aman, karena tsunami bisa terjadi dalam sekejap waktu.
b.        Mengungsilah ke tempat yang lebih tinggi dan jauh dari pantai.
c.         Hindari berada di bawah gedung, jembatan atau kabel listrik tegangan tinggi, karena kemungkinan bangunan itu akan runtuh setelah gempa.

Tindakan yang harus kalian lakukan saat tsunami terjadi adalah sebagai berikut:
a.         Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar berita dari pantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai. Arahkan perahu ke laut. Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun ke daerah yang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang. Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada korban.
b.        Jika kalian sedang berada di pinggir laut atau dekat sungai, segera berlari sekuat-kuatnya ketempat yang lebih tinggi. Jika memungkinkan, berlarilah menuju bukit yang terdekat.
c.         Jika situasi memungkinkan, pergilah ke tempat evakuasi yang sudah ditentukan.
d.        Jika situasi tidak memungkinkan untukmelakukan tindakan no. 2, carilah bangunan bertingkat yang bertulang baja (ferroconcrete building), gunakan tangga darurat untuk sampai ke lantai yang paling atas (sedikitnya sampai ke lantai 3).
e.         Jika situasi memungkinkan, pakai jaket hujan dan pastikan tangan kalian tidak membawa apa-apa.
f.         Saat mendengar peringatan, segera sampaikan pada semua orang.
g.        Segera lakukan pengungsian, karena tsunami bisa terjadi dengan cepat hingga waktu untuk mengungsi sangat terbatas.
h.        Ikuti petunjuk dari pemerintah (Satlak PB-P) atau organisasi yang berwenang.
i.          Mengungsilah ke daerah yang lebih tinggi dan sejauh mungkin dari pantai.
j.          Ikuti perkembangan terjadinya bencana melalui media atau sumber yang bisa dipercaya.
k.        Apabila kemungkinan terjadinya bencana tsunami bisa diperkirakan sebelumnya, masyarakat pasti akan diberi peringatan.

Berikut ini adalah strategi mitigasi dan upaya pengurangan bencana alam tsunami yang mulai disosialisasikan oleh pemerintah.
a.         Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap bahaya tsunami.
b.        Pendidikan kepada masyarakat terutama yang tinggal di daerah pantai, tentang bahaya tsunami.
c.         Pembangunan Tsunami Early Warning System (Sistem Peringatan Dini Tsunami).
d.        Pembangunan tembok pertahan tsunami pada garis pantai yang beresiko.
e.         Penanaman mangrove serta tanaman lainnya sepanjang garis pantai untuk meredam gaya air tsunami.
f.         Pembangunan tempat-tempat evakuasi yang aman di sekitar daerah pemukiman yang cukup tinggi dan mudah dilalui untuk menghindari ketinggian tsunami.
g.        Peningkatan pengetahuan masyarakat lokal khususnya yang tinggal di pinggir pantai tentang pengenalan tanda-tanda tsunami, cara-cara penyelamatan diri terhadap bahaya tsunami.
h.        Pembangunan rumah yang tahan terhadap bahaya tsunami.
i.          Mengenali karakteristik dan tanda-tanda bahaya tsunami.
j.          Memahami cara penyelamatan jika terlihat tanda-tanda akan terjadi tsunami.
k.        Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi tsunami.
l.          Melaporkan secepatnya jika mengetahui tanda-tanda akan terjadinya tsunami kepada petugas yang berwenang: Kepala Desa, Polisi, Stasiun Radio, SATLAK PB maupun institusi terkait.
m.      Melengkapi diri dengan alat komunikasi.























BAB 3
PENUTUP



1.1 Kesimpulan


Tsunami merupakan bencana alam yang disebabkan oleh gelombang besar laut, tsunami sendiri bias timbul karena beberaa hal seperti akibat oleh gempa bumiyang terjadi didalam laut.

Bencan tsunami sangat membawa kehancuran karena gelombang laut yangdatang sangat besar, sehingga pada bencana tsunami banyak korban jiwa maupunharta benda yang hilang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar